/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://ani.cursors-4u.net/anime/ani-13/ani1216.cur), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */

Universitas Gunadarma

Minggu, 18 Maret 2018

Tentang Cinta


TENTANG CINTA

 
Setiap orang di dunia ini pasti memiliki sebuah rumah yang menjadi sandaran mereka, yang biasanya di kenal dengan nama keluarga. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga serta berinteraksi satu sama lainnya.

Keluarga, bagi saya pribadi keluarga adalah segala- galanya. Keluarga terkadang bukanlah soal tempat, tetapi seseorang. Seseorang yang bisa menjadi tempat kembali setelah kita jauh berjalan. Bagi saya keluarga itu adalah ikatan yang sangat erat hubungannya. Karna orang-orang di dalamnya dipertemukan oleh Allah bukan tanpa sebab, sudah ada pertimbangan ukuran menurut-Nya.

Keluarga, satu kata yang memiliki jutaan bahkan milyaran arti didalamnya, tergantung bagaimana seseorang mengartikan dan memahaminya. Keluarga, tempat dimana semua berawal dan bermula. Tempat dimana karakter seseorang dibentuk dan di didik. Bahkan keluarga merupakan cikal bakal wajah peradaban. Dimana baik buruknya masyarakat dapat dinilai dari profil keluarga didalamnya.

Bagi saya, anugerah terbesar dan terindah yang pernah saya miliki adalah keluarga saya. Tanpa mereka saya mungkin tidak bisa sampai pada titik sekarang ini. Mereka adalah bagian hidup saya, jiwa saya, kekuatan saya, bahkan mereka melengkapi semua kekurangan yang saya miliki sehingga saya merasa sangat beruntung bisa berada ditengah-tengah mereka.

Keluarga tidak pernah mengajarkan saya tentang kemewahan, tetapi mereka selalu mengajarkan saya artinya berbagi sekali pun kita berada dalam keadaan yang paling sulit. Berbagi disini bukan hanya soal materi tetapi juga cinta, kasih sayang, suka dan duka. Mereka adalah orang-orang yang saya cintai sekaligus orang yang mencintai saya dengan setulus hatinya.   
      
Mereka adalah rumah bagi saya yang melindungi, mengayomi, dan menjaga saya. Mereka adalah orang pertama yang selalu mendukung ketika saya berada dititik terendah dalam hidup saya. Yang dengan setia menyemangati saya hingga saya dapat  memberanikan diri untuk bangkit dan memulai dari awal lagi. Serta mereka adalah orang yang selalu mempercayai saya ketika tidak ada seorang pun yang percaya kepada saya.

Keluarga, entahlah ketika satu kata itu terucap tetapi sangat menyentuh sanubari seseorang. Ketika seseorang mendengar kata itu mungkin mereka akan mengingat setiap kejadian yang ada didalamnya, bisa itu suka atau pun duka. Namun bagi saya ketika ada kejadiaan duka didalamnya balut dan kenanglah iya di dalam suka karena tanpa duka itu mungkin kita tidak pernah mengambil pelajarannya dan karna duka itulah kita tau apa artinya hidup dan bagaimana cara untuk memperjuangkannya.

Didalam sebuah keluarga, yang terpenting harus ada itu adalah cinta dan kasih sayang, karna dari cinta dan kasih sayang semuanya bermula dan berawal seperti sebuah kepercayaan, saling terbuka, saling memberi , saling membantu dan saling mengasihi satu sama lainnya.

Untuk menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarga, banyak sekali hal yang bisa dilakukan seperti berusaha memahami, mengerti dan menerima kondisi anggota keluarga kita, menyempatkan waktu untuk mengobrol dan berdiskusi dengan anggota keluarga, terbuka dan bersedia mendengar masukan dan nasihat, bersedia meminta maaf dan memaafkan, saling menguatkan dalam beribadah dan masih banyak lagi hal yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di dalam keluarga.

Saya yakin dan percaya setiap orang memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang begitu besar kepada keluarganya, karna ikatan batin diantara keluarga itu kental sekali. Selain rasa kasih sayang dan cinta, hal lain yang juga harus penting dijaga didalam keluarga adalah komunikasi. Karena dengan komunikasi yang baik hubungan didalam keluarga dapat terjalin dengan harmonis. Dan menurut saya, komunikasi dalam keluarga akan senantiasa terpelihara ketika komunikasi dengan Allah tetap terjaga.

Terlepas dari semuanya, saya melupakan satu hal penting di dalam hidup saya. Bahwa hari, bulan, bahkan tahun pun berlalu hingga terkadang waktu bersama keluarga sudah mulai berkurang karna aktifitas kita masing-masing. Tidak terasa memang, terkadang waktu berjalan begitu cepat. Dan terkadang pula saya ingin rasanya berbisik kepada waktu untuk berhenti pada setiap moment manis yang saya habiskan bersama anggota keluarga saya.

Dan kini hal yang paling berat yang saya rasakan adalah ketika saya harus meninggalkan keluarga saya demi menggapai cita-cita. Mungkin ini memanglah berat bagi saya, tapi ini harus saya lakukan. Meninggalkan tanah kelahiran saya, dan mulai menginjakan kaki di tanah perantauan. 

Awal saya berada disini, ditanah jawa, itu sangat berat sekali bagi saya. Ketika saya harus terbiasa hidup mandiri dan jauh dari keluarga yang sangat saya cintai. Ketika apa pun yang saya lakukan itu harus sendiri, mulai dari tidur, makan, menonton, apapun itu, cukup berat memang dan hal yang paling sering saya rasakan adalah sepi. Ada bagian dihati saya yang seakan kosong walaupun saya mencoba untuk membiasakannya.

Tidak hanya itu, saya juga harus terbiasa membiasakan diri dengan lingkungan saya yang baru. Mulai beradaptasi dengan teman yang baru saya kenal disini. Tetapi dibalik itu semua saya selalu percaya dengan kata indah Imam Syafi’i yaitu “ Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti kerabat dan teman.. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang.. ”

Ternyata dibalik semua ini, saya dapat belajar satu hal yaitu bagaimana rasanya merindukan seseorang yang teramat kita sayang. Mungkin benar kata dilan, rindu ini memang berat, saya tidak akan kuat tapi ketika wajah ibu dan ayah terbayang dikepala, itu bagaikan cahaya yang memberikan saya kekuatan untuk terus maju.

Kemudian, setiap kali rasa malas menghantui, saya akan ingat selalu bahwa ada orang yang bekerja keras menyekolahkan saya. Ada orang yang selalu menyebut nama saya didalam doanya. Ada orang yang selalu membanggakan diri saya. Dan ada mimpi yang harus menjadi kenyataan.

Dan seperti yang saya katakan tadi bahwa waktu itu sangat cepat berlalu. Bagaikan angin yang menghembus rambut, cepat tak terasa. Sekarang, disini, ditanah jawa, sudah banyak kejadiaan yang saya lalui. Tentu kejadiannya tidak hanya manis tapi juga pahit. Apalah daya, ketika apa yang saya rasakan, hanya dapat saya bagi sendiri disini.

Terkadang saya bercerita dengan teman disini, “saya merindukan rumah”. Mereka memberikan saran untuk menghubungi keluarga saya. Saya hanya tersenyum, mungkin karna mereka tidak merasakannya. Menghubungi lewat telepon genggam pun itu hanya mengobati secuil dari rasa rindu ini. Saya bercerita lagi kepada mereka “saya butuh rumah untuk istirahat” . Mereka menjawab “dikosan juga bisa beristirahat”.

Ya, mungkin saya memang bisa beristirahat di kosan. Tapi bukan itu yang saya maksud. Istirahat disini maksudnya adalah saya butuh rumah untuk melepaskan segala gundah dihati ini, saya butuh kekuatan, saya butuh bercerita dengan keluarga saya secara langsung, saya butuh senyuman ibu dan ayah, serta saya butuh kehangatan berada diantara mereka.

Namun, ketika rasa rindu dan lelah itu selalu menghampiri, hal yang saya lakukan adalah mengingat penggalan kalimat yang begitu indah yang pernah saya baca, “Mengapa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan Hayya ‘alal Falah, bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah.”

Kalimat itu selalu menyadarkan saya bahwa tidak ada yang perlu saya cemaskan, saya takutkan dan saya gelisahkan didunia ini selagi saya masih memiliki Allah di hidup saya. Jika pun saya tidak memiliki pundak untuk bersandar, setidaknya saya masih memiliki sajadah untuk bersujud.

Saya akui bahwa terkadang saya masih menjadi manusia yang mudah rapuh oleh tantangan hidup. Tetapi sejak merantau, saya merasa menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih kuat, dan lebih memaknai hidup. Karena di rantau saya dituntut untuk bisa segalanya sendiri sekalipun itu menghadapi masalah yang berat. 

Saya yakin dan percaya bahwa semua masalah itu ada jalan keluarnya. Dan saya juga yakin bahwa pendaki yang sampai ke puncak hanyalah yang tangguh. Pejuang yang sampai ke kesuksesan hanyalah yang sabar. Dan kita diberi pilihan, menjadi manusia yang mudah rapuh oleh tantangan, atau justru menghebat seiring hebatnya rintangan. “ Percayalah, badai selalu menyisakan pohon-pohon terkuat ”.

Oleh sebab itu kita harus tau bahwa hidup ini adalah pilihan, tergantung pada diri kita masing-masing. Apakah ingin tetap berada di zona nyaman atau keluar dan mencoba hal baru. Ingatlah apa yang kita putuskan hari ini adalah penentu kehidupan kita dimasa yang akan datang. Dan kini keputusan saya adalah menggapai ilmu ditanah jawa dengan sungguh-sungguh agar kelak saya bisa menjadi orang yang sukses serta bisa membahagiakan keluarga saya.

Karna kebahagiaan terbesar dalam hidup saya adalah ketika saya bisa melihat keluarga saya tersenyum bahagia. Untuk mencapai itu semua saya harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impian dan cita-cita saya. Saya tidak takut untuk memiliki mimpi yang besar, seperti ungkapan Ir. Soekarno “ Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang ”.

Bagi saya, impian dan cita-cita membuat diri saya terpacu untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Jadi teruslah berusaha dan berdoa. Karna kita tidak pernah tau usaha ke berapa yang akan berhasil, seperti kita tak pernah tau doa mana yang akan dikabulkan, keduanya sama maka perbanyaklah.

Jangan takut untuk mencoba hal yang baru, gapailah impianmu. Tapi ingatlah, tak peduli kemana pun kamu pergi, keluarga tempat kamu kembali. Dan ingatlah satu hal lagi, banyak orang yang sibuk mencari tahta, harta dan wewenang hingga mereka melupakan keluarga. Padahal tanpa kita sadari, keluarga adalah harta yang tak ternilai dari apapun.

Jadi, berikanlah waktu terbaikmu untuk keluarga, bukan waktu yang tersisa dari kesibukanmu. Ingatlah, kamu masih beruntung bisa melihat wajah keluargamu setiap hari, bisa bercengkrama, tertawa dan berbagi cerita bersama. Bagaimana dengan seseorang yang harus terpisah jarak dengan keluarganya seperti saya.

Bagi saya waktu yang paling saya tunggu- tunggu adalah liburan semester. Karna dihari itu kekuatan di dalam diri saya seakan bertambah berkali kali lipat. Rasanya moment bersama keluarga itu sangat manis bahkan lebih manis dari pada gula. Walaupun liburan saya tidak seperti orang-orang kebanyakan yang pergi ke tempat wisata atau mengunjungi negri yang begitu indah, cukup dengan pulang ke tanah kelahiran sudah membuat saya sangat bahagia.
 
Liburan terbaik itu bukanlah soal kemewahan, tetapi soal kebersamaan di tengah keluarga tercinta. Ketika ayah, ibu, kakak, abang, adek, keponakan, saya, dan semua keluarga besar saya dapat berkumpul dan tertawa lepas bersama, itu adalah paket komplit dalam hidup saya lebih dari apapun juga. Tidak penting soal tempat, kemewahan dan sebagainya karna yang paling penting adalah orangnya.

Jadi intinya ketika saya, kamu, dan kita masih memiliki waktu bersama keluarga, gunakanlah waktu itu sebaik-baik mungkin. Karna istana terindah kita di dunia ini adalah rumah yang dipenuhi cinta, kasih sayang, kebaikan dan kehangatan yang lebih berharga dari apapun juga.

4 komentar:

  1. Baguuusss.
    "Keluarga adalah harta yang tak ternilai dari apapun"
    Kata2 simple tp mengandung arti yg sangat besar

    Semoga kita bisa menggapai cita2 dan membanggakan keluarga kita lewat apa yg kita jalanin sekarang. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin semoga semua doa dan usaha kita dipermudah dan dijabah Allah SWT

      Hapus
  2. NiceeeπŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘
    Semangat menulisnya mbak😊

    BalasHapus

Hetalia: Axis Powers - Liechtenstein